Beberapa hal yang menarik dari novel ini adalah : Jiwa berpetualang, Impian dan cita-cita, Romansa, Pengalaman spiritual atau ajaran hidup.
"Jika kita berupaya sekuat tenaga menemukan sesuatu dan pada titik akhir upaya itu hasilnya nihil, maka sebenarnya kita telah “menemukan” apa yang kita cari dalam diri kita sendiri, yakni menerima kenyataan, kenyataan yang harus dihadapi, sepahit apa pun keadaannya."
“Pada titik ini, hatiku menunduk takzim pada pesan-pesan suci Al-Qur’an dan hipotesis Harun Yahya bahwa tak ada sekecil apa pun terjadi karena kebetulan.”
"Jika kita berupaya sekuat tenaga menemukan sesuatu dan pada titik akhir upaya itu hasilnya nihil, maka sebenarnya kita telah “menemukan” apa yang kita cari dalam diri kita sendiri, yakni menerima kenyataan, kenyataan yang harus dihadapi, sepahit apa pun keadaannya."
“Pada titik ini, hatiku menunduk takzim pada pesan-pesan suci Al-Qur’an dan hipotesis Harun Yahya bahwa tak ada sekecil apa pun terjadi karena kebetulan.”
Ketika negeri ini tengah dilanda berbagai persoalan kebangsaan yang pelik, hadirlah sebuah novel yang menggugah, yaitu Edensor, sebuah novel petualangan yang mengajarkan semangat hidup. Edensor merupakan novel ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Edensor dalam penulisannya dibagi dalam lima mozaik, di mana setiap mozaiknya memuat cerita yang berbeda-beda. Namun secara umum Edensor banyak bercerita tentang masa-masa SMA Ikal dan Arai, aktivitas setelah mereka lulus dari SMA, aktivitas saat mereka kuliah di Prancis, dan pengalaman petualangan mereka menaklukkan benua Eropa dan sebagian Afrika.
Ikal dan Arai adalah dua saudara tidak sekandung. Arai diasuh oleh keluarga Ikal karena ibu bapaknya meninggal. Keduanya menjadi saudara yang kompak, konyol, dan nakal, namun cerdas. Kelebihan dari buku ini yaitu kemampuan penulis menggambarkan tokoh-tokoh dalam novel Edensor yang dapat sangat kuat sehingga membuat pembaca terbawa dalam cerita ini. Dan Penulis sepertinya mengharapkan para pembaca agar mencontoh watak tokoh utama dalam mengarungi kehidupan.
Beberapa hal yang menarik dari novel ini adalah menggambarkan atau mempresentasikan keadaan penulis dan mungkin juga pembacanya (include me), diantaranya :
1. Jiwa berpetualang ke banyak kota atau wilayah dengan bekal seadanya (Bacpacker) – lihat resensi buku The Naked Traveller 1 & 2 - dan dengan sekreatif mungkin menuntut jiwa seni atau mengamen untuk bertahan hidup mendapatkan uang, di sini ikal dan arai memakai kostum dan jadi patung “putri duyung” di berbagai wilayah kota Eropa dan Afrika untuk sekedar “mengamen”.
2. Impian dan cita-cita, tidak salah memang ungkapan gantungkan cita-citamu setinggi langit atau orang besar berawal dari mimpi besar, di novel ini kita mendapatkan gambaran Arai dan Ikal termotivasi dari cerita gurunya sewaktu kecil untuk melanjutkan pendidikan dan mengarungi benua Eropa saat besar nanti, dan hasilnya cita-cita atau impian mereka terwujud! Meski dengan banyaknya tantangan hidup yang harus dilewati.
3. Romansa, dimana Arai selalu mendambakan teman sepermainannya di tanah air. Pun dengan Ikal yang merindukan dan ingin menemui A Ling, teman kecilnya dulu, yang kabar beritanya tidak diketahui sehingga memaksa ikal mencarinya lewat internet dan menemuinya satu persatu, orang yang dia anggap “A Ling” ke berbagai wilayah kota Eropa dan Afrika. Sampai akhirnya dia menyadari sebuah filosofi pencarian. Jika kita berupaya sekuat tenaga menemukan sesuatu dan pada titik akhir upaya itu hasilnya nihil, maka sebenarnya kita telah “menemukan” apa yang kita cari dalam diri kita sendiri yakni menerima kenyataan, kenyataan yang harus dihadapi, sepahit apa pun keadaannya.
4. Pengalaman spiritual atau ajaran hidup, yang diwakili Ikal bahwa dengan pendidikan yang ditempuh dan petualangannya ke benua Eropa dan Afrika, dengan melihat keindahan alam atau tempat-tempat yang dikunjunginya. Ikal menyadari dan meyakini satu hal, sesuai dengan ungkapannya “Pada titik ini, hatiku menunduk takzim pada pesan-pesan suci Al-Qur’an dan hipotesis Harun Yahya bahwa tak ada sekecil apa pun terjadi karena kebetulan”.
Pada akhirnya, yang dirasakan dengan membaca novel ini adalah banyak hal diluar dugaan, mengharu biru, hanyut dalam cerita, tertawa, tersulut emosi, tersenyum, kadang membuat mata berkaca-kaca. Dan semuanya itu saya alami sepanjang membaca buku ini hingga puncaknya yang digambarkan di akhir novel ini, sangat mengaduk dan bercampurnya rasa tadi menjadi satu…
Ikal dan Arai adalah dua saudara tidak sekandung. Arai diasuh oleh keluarga Ikal karena ibu bapaknya meninggal. Keduanya menjadi saudara yang kompak, konyol, dan nakal, namun cerdas. Kelebihan dari buku ini yaitu kemampuan penulis menggambarkan tokoh-tokoh dalam novel Edensor yang dapat sangat kuat sehingga membuat pembaca terbawa dalam cerita ini. Dan Penulis sepertinya mengharapkan para pembaca agar mencontoh watak tokoh utama dalam mengarungi kehidupan.
Beberapa hal yang menarik dari novel ini adalah menggambarkan atau mempresentasikan keadaan penulis dan mungkin juga pembacanya (include me), diantaranya :
1. Jiwa berpetualang ke banyak kota atau wilayah dengan bekal seadanya (Bacpacker) – lihat resensi buku The Naked Traveller 1 & 2 - dan dengan sekreatif mungkin menuntut jiwa seni atau mengamen untuk bertahan hidup mendapatkan uang, di sini ikal dan arai memakai kostum dan jadi patung “putri duyung” di berbagai wilayah kota Eropa dan Afrika untuk sekedar “mengamen”.
2. Impian dan cita-cita, tidak salah memang ungkapan gantungkan cita-citamu setinggi langit atau orang besar berawal dari mimpi besar, di novel ini kita mendapatkan gambaran Arai dan Ikal termotivasi dari cerita gurunya sewaktu kecil untuk melanjutkan pendidikan dan mengarungi benua Eropa saat besar nanti, dan hasilnya cita-cita atau impian mereka terwujud! Meski dengan banyaknya tantangan hidup yang harus dilewati.
3. Romansa, dimana Arai selalu mendambakan teman sepermainannya di tanah air. Pun dengan Ikal yang merindukan dan ingin menemui A Ling, teman kecilnya dulu, yang kabar beritanya tidak diketahui sehingga memaksa ikal mencarinya lewat internet dan menemuinya satu persatu, orang yang dia anggap “A Ling” ke berbagai wilayah kota Eropa dan Afrika. Sampai akhirnya dia menyadari sebuah filosofi pencarian. Jika kita berupaya sekuat tenaga menemukan sesuatu dan pada titik akhir upaya itu hasilnya nihil, maka sebenarnya kita telah “menemukan” apa yang kita cari dalam diri kita sendiri yakni menerima kenyataan, kenyataan yang harus dihadapi, sepahit apa pun keadaannya.
4. Pengalaman spiritual atau ajaran hidup, yang diwakili Ikal bahwa dengan pendidikan yang ditempuh dan petualangannya ke benua Eropa dan Afrika, dengan melihat keindahan alam atau tempat-tempat yang dikunjunginya. Ikal menyadari dan meyakini satu hal, sesuai dengan ungkapannya “Pada titik ini, hatiku menunduk takzim pada pesan-pesan suci Al-Qur’an dan hipotesis Harun Yahya bahwa tak ada sekecil apa pun terjadi karena kebetulan”.
Pada akhirnya, yang dirasakan dengan membaca novel ini adalah banyak hal diluar dugaan, mengharu biru, hanyut dalam cerita, tertawa, tersulut emosi, tersenyum, kadang membuat mata berkaca-kaca. Dan semuanya itu saya alami sepanjang membaca buku ini hingga puncaknya yang digambarkan di akhir novel ini, sangat mengaduk dan bercampurnya rasa tadi menjadi satu…
ok mudah-mudahan resensi edensor ini bisa memotivasi risa dan teman-teman.. jangan lupa, untuk detailnya baca juga bukunya..
BalasHapus