pak Alfizar, pak Rudi, saya, pak Tikno, pak Jamal, pak Iwan, pak Adit |
Catatan Perjalanan Gunung Cikuray - Antara Jonggol, Bekasi dan Garut
Ide untuk mendaki Gunung Cikuray, berawal dari pak Alfizar dan pak Iwan, saat mendekati pelaksanaan uas di SMK Nurul Hikmah, Jonggol Bogor. Awalnya saat saya di ajak, sempat bingung juga, karena peralatan yang memang tidak ada. Tetapi karena penasaran, mengisi waktu libur dan rindu suasana kemping atau hiking seperti saat sekolah dulu, akhirnya saya mengiyakan saja. Masalah propertinya bagaimana nanti saja lah hehe..
Mendekati D-Day, Selasa tanggal 22 Desember 2015, tujuan Gunung Cikuray, ketinggian 2821 mdpl, lokasi Garut Jawa Barat. Mau tak mau saya harus mencari perlengkapan. Pakaian dan rain coat saya kira ada dan masih memadai, sarung tangan dan tutup kepala (kupluk) saya hunting di gerai outdoor terdekat.
Gunung Cikuray |
Untuk sepatu dan head lamp, saya pesan ke pak Adit, dan dari beliau pula lah, saya mendapat pinjaman sleeping bag dan matras. Carrier saya mendapat pinjaman dari pak Tikno. Nah, pa Tikno ini adalah guru di luar nurul hikmah yang turut serta, sekaligus sebagai pemandu, karena beliau sudah terbiasa untuk masalah pendakian.
Untuk pak Tikno ini ada cerita lain yang surprise buat saya, tapi supaya ada gregetnya, ceritanya saya tuliskan di akhir tulisan ini. Jadi buat para pembaca yang budiman, tuntaskan saja melahap catatan ini ya haha..
Akhirnya waktu pemberangkatan tiba. Seperti yang sudah disepakati bersama, kami berkumpul di base camp, yaitu di rumah pak Iwan, Cibogo, Cibarusah Bekasi. Kami yang berangkat ada 8 orang: pak Alfizar, pak Iwan, pa Adit, pak Rudi, pak Jamal, saya sendiri dari SMK Nurul Hikmah. Pak Tikno sebagai pemandu dari SMK Abdi Negara, dan satu orang lagi, Rajif merupakan putra dari pak Alfizar, yang masih berstatus sebagai pelajar. Untuk transportasi, kami menggunakan mobil Xenia pak Alfizar yang masih terbilang gres. Maaf mobilnya jadi kotor ya pak hehe..
Kami berangkat sekitar pukul 09.30. Dan tiba di base camp awal pendakian yaitu di desa Cilawu pada pukul 17.00. Di base camp ini juga terdapat stasiun pemancar stasiun televisi swasta, yaitu rcti, global dan sctv. Biaya pendakian ke Gunung Cikuray ini sebesar 10 ribu perorang dan parkir mobil berada di pos awal pendakian, persis bersisian dengan stasiun pemancar tadi, dengan tarif parkir 10 ribu rupiah. Untuk sampai ke puncak Gunung Cikuray ini, terlebih dahulu para pendaki harus melalui 8 pos, dimana pos 8 atau yang terakhir adalah puncak Gunung Cikuray.
Setelah melengkapi administrasi dan melakukan persiapan, akhirnya kami mulai berangkat bada maghrib, sekitar pukul 18.30. Kira-kira 30 menit mulai pendakian yang diselingi futu-futu di area kebun teh, kami menemukan pos pertama (setelah turun baru kami tau, bahwa tempat itu bukan pos pertama, melainkan warung sebagai alternatif tempat singgah pendaki saat turun gunung :d). Layaknya rekreasi, belum apa-apa kami sudah langsung bongkar “timbel” atau nasi dan lauk pauknya adalah ikan sarden dan balado kentang goreng serta menjerang air untuk menyeduh kopi hehe..
Jam 20.00 kami melanjutkan perjalanan pendakian. Jika di awal pemberangkatan kami mendapatkan hamparan kebun teh, dengan view indah semarak titik-titik terang lampu kota garut dan tasikmalaya yang dihadapkan dengan menara pemancar yang menjulang tinggi, jika kita melihatnya menghadap belakang.
Pemandangan dari Kebun Teh |
Setelah istirahat tadi, kali ini kami mulai memasuki kawasan hutan Gunung Cikuray, dimana tantangan lebih berat menguji kami dengan trek yang tajam menanjak, jalan tanah merah yang diselingi hambatan akar pohon dan bebatuan. Dari informasi melalui internet, para pendaki lain menyebut medan Gunung Cikuray ini adalah 3D (Dengkul ketemu Dada sampai ke Dagu), dimana treknya yang gila-gilaan, nanjak terus tanpa bonus. Bikin kaki, dengkul sampai dengan paha jadi cetar membahana atau istilah lainnya bikin gempor alias rempong hehehe.. Keren kan treknya :d..
Selama perjalanan ke pos kedua ini, saya sempat berpikir, bagaimana jika sampai terjadi hujan. Dengan trek yang tajam menanjak dan medan jalan tanah merah yg bercampur air hujan, pastinya akan menyulitkan pendakian kami. Dan saya merasakan trek tanjakan jalan ke puncak Gunung Cikuray ini hampir sama atau sedikit lebih extreme dibandingkan pengalaman saya waktu mendaki Gunung Gede (2958 mdpl), base camp awal pendakian purbawati selabintana, masa sekolah dulu di Sukabumi.
Bedanya selama perjalanan ke puncak Gunung Cikuray, medan jalan yang relatif lebar dan sesekali menemui jurang, jika ada pun kebanyakan sudah ada pagar pembatas. Sebaliknya di Gunung Gede, jalan relatif sempit dan banyak jurang tetapi minim pagar pembatas.
Kami berjalan beriringan yang di temani temaram bulan sedikit lebih paruh purnama, sehingga jalan dan view hutan selama pendakian terlihat samar-samar, dan semakin jelas bilamana masing-masing dari kami menyorotinya dengan menggunakan head lamp.
Untuk target waktu pencapaian ke puncak Gunung Cikuray, sebelumnya kami berharap bisa sampai sebelum subuh, supaya bisa melihat sunrise dan meminjam istilah pak Iwan, supaya bisa juga merasakan berdiri di atas awan :d..
Tetapi kenyataannya kami santai saja, banyak istirahat. Kembali meminjam istilah pak Alfizar, jika umumnya orang-orang bisa 6 jam untuk mencapai puncak gunung cikurai, kita mah bisa juga sih 6 jam tapi di kali dua hahaha..
Kurang lebih 4 jam dalam perjalanan, untuk yang kesekian kalinya kembali kami beristirahat. Namun bedanya, kali ini kami memutuskan rehat lebih lama dengan tambahan acara memasak mie instant, bongkar “pertimbelan” dan menyeduh kopi yang sudah kami persiapkan saat belanja perbekalan logistik di kota Garut.
Sebagai informasi tambahan, kami menyiapkan perbekalan logistik ini untuk dua macam, perorangan dan grup. Dimana saat perbincangan waktu briefing sehari sebelum keberangkatan, keselamatan dan kejadian paling buruk selama pendakian harus diperhitungkan sebelumnya. Untuk perorangan diharapkan membawa 3 botol besar aqua 1,5 ltr dan logistik favorit masing-masing individu.
Sedangkan untuk grup, keperluan logistik seperti mie, kopi, roti, susu, gas dan p3k diperoleh secara patungan selain biaya akomodasi. Selain itu, beberapa individu ditugaskan untuk melengkapi kebutuhan regu seperti tenda, cooking set, plastik besar dan terpal.
Dari pengalaman ini juga, saya baru mengetahui bahwa untuk packing perlengkapan dan logistik di carrier, terlebih dahulu memakai plastik besar dan matras sebagai pelindung utama. Dimana plastik di pasang di dalam carrier, yang berfungsi sebagai pelindung terhadap air bilamana terjadi hujan. Sedangkan matras dipasang vertikal bulat melebar setelah plastik, yang berfungsi sebagai tulang atau yang membentuk carrier itu sendiri. Setelah itu baru dimasukan properti dan logistik, diantara plastik dan matras tadi.
Kurang lebih 1 jam kami beristirahat, sekitar pukul 01.00 rabu dini hari, kami melanjutkan pendakian. Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 1 jam, kami bertemu dengan pendaki lain yang sudah mendirikan tenda. Informasi yang kami dapatkan, bahwa tempat mereka berkemah adalah pos 3 dari 8 pos untuk sampai ke puncak.
Perkiraan kami sebelumnya, karena tidak menemukan tempat pos pendakian yang pasti, kami kira sejauh perjalanan yang telah kami lakukan sudah mencapai pos 5 atau pos 6. Tetapi dengan adanya informasi tadi, sempat membuat down mental kami atau saya khususnya. Saya pikir, pos 3 saja sudah jauh seperti ini, apalagi mau mencapai puncak.
Di tengah kelelahan fisik, kantuk yang sudah mulai menyergap, di tambah mental yang sudah down, akhirnya mau tak mau kami melanjutkan perjalanan. Tidak seperti sebelumnya, perjalanan yang kadang diselingi celetukan, canda tawa dan ditemani dewa 19 melalui music box. Kali ini kami melanjutkan perjalanan dengan diam membisu dan rasa kantuk yg makin menghebat.
Akhirnya setelah melakukan perjalanan kurang lebih 30 menit dari pos 3 tadi, kami putuskan untuk beristirahat dan mendirikan tenda. Dan kebetulan kami menemukan area yang cukup untuk mendirikan 2 tenda tanpa mengganggu perjalanan pendaki lainnya. Kebutuhan regu untuk tenda ini, kami membawa dua: 1 tenda berkapasitas 6 orang dan 1 tenda lainnya untuk kapasitas 4 orang. Meskipun pada akhirnya tenda yang dipakai untuk beristirahat menjadi 5 dan 3 orang.
Setelah selesai memasang tenda, pukul 03.00 akhirnya kami terlelap yang dinaungi tenda dengan masing-masing memakai properti lengkap: jaket, syal, kupluk, sarung tangan dan di bungkus sleeping bag, di tengah cuaca yang dingin menggigit dan suara angin gunung yang menderu dan menerpa puncak pepohonan.
Sekitar pukul 05.00 kami mulai terjaga satu persatu, yang dilanjutkan dengan sarapan dari bekal nasi dan lauk pauk yang tersisa, ditambah mie instant dan ditemani kopi atau susu. Beberapa jam kami lalui untuk menikmati sarapan sambil berbincang atau bersenda gurau tentang perjalanan kami sebelumnya.
Setelah sarapan, kemudian kami mulai membereskan tenda, membersihkan area tempat berkemah dan bersiap kembali melakukan perjalanan ke puncak. Sekitar pukul 09.30 yang sebelumnya kami sempatkan berfutu-futu dulu sebagai dokumentasi, akhirnya kami memulai kembali asa meneruskan perjalanan yang tertunda menuju puncak Gunung Cikuray.
Selama perjalanan ke puncak, kami banyak bertemu dengan pendaki lain, baik yang turun atau yang sedang berhenti sejenak melakukan pendakian. Yang mengejutkan sekitar pukul 11.00 kami tiba di pos puncak bayangan, yang merupakan pos 6..! Saya baru tersadar, bahwa selama melakukan perjalanan pendakian karena suasana siang hari, jadinya jarak di antara kami saling berjauhan.
Bedanya selama perjalanan ke puncak Gunung Cikuray, medan jalan yang relatif lebar dan sesekali menemui jurang, jika ada pun kebanyakan sudah ada pagar pembatas. Sebaliknya di Gunung Gede, jalan relatif sempit dan banyak jurang tetapi minim pagar pembatas.
Kami berjalan beriringan yang di temani temaram bulan sedikit lebih paruh purnama, sehingga jalan dan view hutan selama pendakian terlihat samar-samar, dan semakin jelas bilamana masing-masing dari kami menyorotinya dengan menggunakan head lamp.
Untuk target waktu pencapaian ke puncak Gunung Cikuray, sebelumnya kami berharap bisa sampai sebelum subuh, supaya bisa melihat sunrise dan meminjam istilah pak Iwan, supaya bisa juga merasakan berdiri di atas awan :d..
Tetapi kenyataannya kami santai saja, banyak istirahat. Kembali meminjam istilah pak Alfizar, jika umumnya orang-orang bisa 6 jam untuk mencapai puncak gunung cikurai, kita mah bisa juga sih 6 jam tapi di kali dua hahaha..
Kurang lebih 4 jam dalam perjalanan, untuk yang kesekian kalinya kembali kami beristirahat. Namun bedanya, kali ini kami memutuskan rehat lebih lama dengan tambahan acara memasak mie instant, bongkar “pertimbelan” dan menyeduh kopi yang sudah kami persiapkan saat belanja perbekalan logistik di kota Garut.
Sebagai informasi tambahan, kami menyiapkan perbekalan logistik ini untuk dua macam, perorangan dan grup. Dimana saat perbincangan waktu briefing sehari sebelum keberangkatan, keselamatan dan kejadian paling buruk selama pendakian harus diperhitungkan sebelumnya. Untuk perorangan diharapkan membawa 3 botol besar aqua 1,5 ltr dan logistik favorit masing-masing individu.
Sedangkan untuk grup, keperluan logistik seperti mie, kopi, roti, susu, gas dan p3k diperoleh secara patungan selain biaya akomodasi. Selain itu, beberapa individu ditugaskan untuk melengkapi kebutuhan regu seperti tenda, cooking set, plastik besar dan terpal.
Dari pengalaman ini juga, saya baru mengetahui bahwa untuk packing perlengkapan dan logistik di carrier, terlebih dahulu memakai plastik besar dan matras sebagai pelindung utama. Dimana plastik di pasang di dalam carrier, yang berfungsi sebagai pelindung terhadap air bilamana terjadi hujan. Sedangkan matras dipasang vertikal bulat melebar setelah plastik, yang berfungsi sebagai tulang atau yang membentuk carrier itu sendiri. Setelah itu baru dimasukan properti dan logistik, diantara plastik dan matras tadi.
Kurang lebih 1 jam kami beristirahat, sekitar pukul 01.00 rabu dini hari, kami melanjutkan pendakian. Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 1 jam, kami bertemu dengan pendaki lain yang sudah mendirikan tenda. Informasi yang kami dapatkan, bahwa tempat mereka berkemah adalah pos 3 dari 8 pos untuk sampai ke puncak.
Perkiraan kami sebelumnya, karena tidak menemukan tempat pos pendakian yang pasti, kami kira sejauh perjalanan yang telah kami lakukan sudah mencapai pos 5 atau pos 6. Tetapi dengan adanya informasi tadi, sempat membuat down mental kami atau saya khususnya. Saya pikir, pos 3 saja sudah jauh seperti ini, apalagi mau mencapai puncak.
Di tengah kelelahan fisik, kantuk yang sudah mulai menyergap, di tambah mental yang sudah down, akhirnya mau tak mau kami melanjutkan perjalanan. Tidak seperti sebelumnya, perjalanan yang kadang diselingi celetukan, canda tawa dan ditemani dewa 19 melalui music box. Kali ini kami melanjutkan perjalanan dengan diam membisu dan rasa kantuk yg makin menghebat.
Akhirnya setelah melakukan perjalanan kurang lebih 30 menit dari pos 3 tadi, kami putuskan untuk beristirahat dan mendirikan tenda. Dan kebetulan kami menemukan area yang cukup untuk mendirikan 2 tenda tanpa mengganggu perjalanan pendaki lainnya. Kebutuhan regu untuk tenda ini, kami membawa dua: 1 tenda berkapasitas 6 orang dan 1 tenda lainnya untuk kapasitas 4 orang. Meskipun pada akhirnya tenda yang dipakai untuk beristirahat menjadi 5 dan 3 orang.
Setelah selesai memasang tenda, pukul 03.00 akhirnya kami terlelap yang dinaungi tenda dengan masing-masing memakai properti lengkap: jaket, syal, kupluk, sarung tangan dan di bungkus sleeping bag, di tengah cuaca yang dingin menggigit dan suara angin gunung yang menderu dan menerpa puncak pepohonan.
Sekitar pukul 05.00 kami mulai terjaga satu persatu, yang dilanjutkan dengan sarapan dari bekal nasi dan lauk pauk yang tersisa, ditambah mie instant dan ditemani kopi atau susu. Beberapa jam kami lalui untuk menikmati sarapan sambil berbincang atau bersenda gurau tentang perjalanan kami sebelumnya.
Setelah sarapan, kemudian kami mulai membereskan tenda, membersihkan area tempat berkemah dan bersiap kembali melakukan perjalanan ke puncak. Sekitar pukul 09.30 yang sebelumnya kami sempatkan berfutu-futu dulu sebagai dokumentasi, akhirnya kami memulai kembali asa meneruskan perjalanan yang tertunda menuju puncak Gunung Cikuray.
Selama perjalanan ke puncak, kami banyak bertemu dengan pendaki lain, baik yang turun atau yang sedang berhenti sejenak melakukan pendakian. Yang mengejutkan sekitar pukul 11.00 kami tiba di pos puncak bayangan, yang merupakan pos 6..! Saya baru tersadar, bahwa selama melakukan perjalanan pendakian karena suasana siang hari, jadinya jarak di antara kami saling berjauhan.
Dan yang tidak di sangka selama perjalanan dari tempat berkemah, ternyata sudah melalui pos 4 dan 5 tanpa kami sadari. Kami mengetahui pos 6 ini berdasarkan plang yang terlihat jelas di sebuah pohon, areanya datar dan cukup luas untuk berkumpulnya para pendaki atau mendirikan banyak tenda.
Setelah semua personil berkumpul di pos 6, rehat minum dan snack, lalu perjalanan ke puncak kami lanjutkan. Semangat kami untuk menaklukan puncak Gunung Cikuray semakin membara. Kira-kira dari pukul 12.00 sd 12.30 satu persatu personil dari kami, setelah melalui perjuangan yang sangat melelahkan, pada akhirnya dapat mencapai puncak Gunung Cikuray.
Kejadian yang menarik dan heboh adalah saat personil kami yang terakhir sampai ke puncak, dimana kami sudah sepakat akan menyorakinya dan memberikan bendera sebagai atribut keberhasilan mencapai puncak. Adalah pak Alfizar yang menerima “bingkisan” tersebut, sesaat akan memasuki area puncak, kami berteriak menyemangati, memberikan bendera dan tentunya ada fotografer dadakan yang mengabadikan kejadian tersebut. Dan sesekali kami menimpalinya dengan candaan dan gelak tawa.
Setelah semua personil berkumpul di pos 6, rehat minum dan snack, lalu perjalanan ke puncak kami lanjutkan. Semangat kami untuk menaklukan puncak Gunung Cikuray semakin membara. Kira-kira dari pukul 12.00 sd 12.30 satu persatu personil dari kami, setelah melalui perjuangan yang sangat melelahkan, pada akhirnya dapat mencapai puncak Gunung Cikuray.
Kejadian yang menarik dan heboh adalah saat personil kami yang terakhir sampai ke puncak, dimana kami sudah sepakat akan menyorakinya dan memberikan bendera sebagai atribut keberhasilan mencapai puncak. Adalah pak Alfizar yang menerima “bingkisan” tersebut, sesaat akan memasuki area puncak, kami berteriak menyemangati, memberikan bendera dan tentunya ada fotografer dadakan yang mengabadikan kejadian tersebut. Dan sesekali kami menimpalinya dengan candaan dan gelak tawa.
Lelah setelah melakukan perjuangan mencapai puncak, acara berikutnya dilanjutkan menikmati makan siang dengan menu berupa (masih ada) nasi dengan lauknya “mustopa” atau kentang goreng pedas yang di iris kecil-kecil, yang sebelumnya di buka dengan menu roti yang diolesi susu dan madu. Dan akhirnya acara makan siang ditutup dengan kopi seperti biasanya.
Setelah beristirahat makan siang, lalu kami bersama-sama mengeksplorasi puncak Gunung Cikuray yang mempunyai area sekitar 30 x 30 meter, sambil futu-futu, melihat pemandangan sekitar dari puncak. Kala itu hari sudah siang, pemandangan dominan yang kami dapatkan adalah kabut. Dan sesekali kadang kami beruntung dapat melihat panorama alam sekitar ketika kabutnya menipis.
Setelah beristirahat makan siang, lalu kami bersama-sama mengeksplorasi puncak Gunung Cikuray yang mempunyai area sekitar 30 x 30 meter, sambil futu-futu, melihat pemandangan sekitar dari puncak. Kala itu hari sudah siang, pemandangan dominan yang kami dapatkan adalah kabut. Dan sesekali kadang kami beruntung dapat melihat panorama alam sekitar ketika kabutnya menipis.
Salah satu pemandangan dari puncak Gunung Cikuray |
Yang cukup menarik, ciri utama dari puncak Gunung Cikuray ini adalah adanya shelter atau bangunan tembok permanen berukuran sekitar 2 x 2 x 2 meter, dimana bangunan ini kadang dimanfaatkan pendaki sebagai tempat berteduh atau berkemah.
Ada rekan kami yang berkomentar mengenai shelter ini, bagaimana cara mengangkut bahan bangunannya dari bawah dan tukang siapa pula yang membuat bangunan tersebut. Dan komentar tersebut rata-rata diamini oleh rekan-rekan yang lainnya. Tapi sayangnya, meskipun sudah ada peringatan vandalisme atau pelarangan mencurat-coret shelter, masih ada saja atau bahkan hampir seluruh bagian shelter ini dipenuhi tulisan tangan-tangan usil.
Masalah klasik lainnya pun, adalah sampah, meskipun banyak plang himbauan untuk membawa sampah masing-masing ke pos bawah tapi kenyataannya area sebelum dan bagian puncak banyak sekali sampah-sampah yang berserakan. Kami sendiri untuk mengatasi sampah ini adalah mengumpulkannya dan kemudian di bakar habis, sampai apinya benar-benar mati untuk mencegah terjadinya kebakaran. Kecuali sampah organik yang memang sengaja kami kumpulkan dan tidak kami bakar, karena nantinya akan terurai dengan sendirinya.
Setelah puas mengeksplorasi puncak Gunung Cikuray, kami bersiap-siap untuk kembali ke base camp awal pendakian. Persiapan untuk turun gunung ini, masing-masing personil, seperti yang sudah di himbau sebelumnya untuk menyisakan air minum. Idealnya satu botol aqua besar 1,5 ltr untuk satu orang atau maksimal untuk 2 orang. Seperti biasa futu-futu terlebih dahulu, dan sekitar pukul 15.00 akhirnya kami satu persatu secara beriringan mulai meninggalkan puncak untuk menuju base camp awal pendakian.
Selama perjalanan turun ini, relatif lebih cepat dibanding saat naik. Jika saat naik trek 3D Gunung Cikuray ini, yang sangat terasa menjadi beban tumpuan adalah bagian betis sampai dengan paha, dengan bonus tambahan detak jantung yang semakin cepat dan napas yang berat tersengal-sengal. Tapi saat turun, telapak, ujung jari dan mata kaki yang menjadi tumpuan, sedangkan detak jantung dan napas relatif tidak terlalu berat.
Kurang lebih 30 menit kami sudah mencapai pos 6 atau pos puncak bayangan. Beristirahat sejenak untuk minum sambil menunggu personil lainnya bergabung, lalu kami lanjutkan perjalanan. Kira-kira 20 menit berselang atau sekitar pukul 16.00 kami tiba di tempat mendirikan tenda dan beristirahat malam sebelumnya. Kami berenam lalui saja tempat tersebut sampai akhirnya perjalanan kami mencapai pos 3.
Ada rekan kami yang berkomentar mengenai shelter ini, bagaimana cara mengangkut bahan bangunannya dari bawah dan tukang siapa pula yang membuat bangunan tersebut. Dan komentar tersebut rata-rata diamini oleh rekan-rekan yang lainnya. Tapi sayangnya, meskipun sudah ada peringatan vandalisme atau pelarangan mencurat-coret shelter, masih ada saja atau bahkan hampir seluruh bagian shelter ini dipenuhi tulisan tangan-tangan usil.
Masalah klasik lainnya pun, adalah sampah, meskipun banyak plang himbauan untuk membawa sampah masing-masing ke pos bawah tapi kenyataannya area sebelum dan bagian puncak banyak sekali sampah-sampah yang berserakan. Kami sendiri untuk mengatasi sampah ini adalah mengumpulkannya dan kemudian di bakar habis, sampai apinya benar-benar mati untuk mencegah terjadinya kebakaran. Kecuali sampah organik yang memang sengaja kami kumpulkan dan tidak kami bakar, karena nantinya akan terurai dengan sendirinya.
Setelah puas mengeksplorasi puncak Gunung Cikuray, kami bersiap-siap untuk kembali ke base camp awal pendakian. Persiapan untuk turun gunung ini, masing-masing personil, seperti yang sudah di himbau sebelumnya untuk menyisakan air minum. Idealnya satu botol aqua besar 1,5 ltr untuk satu orang atau maksimal untuk 2 orang. Seperti biasa futu-futu terlebih dahulu, dan sekitar pukul 15.00 akhirnya kami satu persatu secara beriringan mulai meninggalkan puncak untuk menuju base camp awal pendakian.
Suasana di Puncak Gunung Cikuray |
Selama perjalanan turun ini, relatif lebih cepat dibanding saat naik. Jika saat naik trek 3D Gunung Cikuray ini, yang sangat terasa menjadi beban tumpuan adalah bagian betis sampai dengan paha, dengan bonus tambahan detak jantung yang semakin cepat dan napas yang berat tersengal-sengal. Tapi saat turun, telapak, ujung jari dan mata kaki yang menjadi tumpuan, sedangkan detak jantung dan napas relatif tidak terlalu berat.
Kurang lebih 30 menit kami sudah mencapai pos 6 atau pos puncak bayangan. Beristirahat sejenak untuk minum sambil menunggu personil lainnya bergabung, lalu kami lanjutkan perjalanan. Kira-kira 20 menit berselang atau sekitar pukul 16.00 kami tiba di tempat mendirikan tenda dan beristirahat malam sebelumnya. Kami berenam lalui saja tempat tersebut sampai akhirnya perjalanan kami mencapai pos 3.
Melintasi pos 3, kami kembali melanjutkan perjalanan turun tanpa istirahat. Kira-kira pukul 17.30 dengan posisi antara pos 1 dan base camp kami kembali beristirahat, sambil menunggu dua orang personil yang tertinggal agak jauh di belakang kami. Atau atas permintaan yang bersangkutan, istilahnya ganti aja jadi sweeper katanya hehe.. (kira-kira bisa menebak engga, siapa personil tersebut yang dimaksud? :d).
Dari sini juga kami baru tau, ternyata memang ada pos 2 dan pos 1 yang dibuktikan dengan plang yang terpasang pada pohon. Tapi karena tempatnya seperti trek jalur biasa dan karena kondisi perjalanan pendakian di malam hari, jadi kami tidak menyangka atau melihatnya.
Karena ada gangguan teknis, salah satu personil yang terkena diare, akhirnya kami beristirahat cukup lama. Sambil menunggu teman kami yang terkena diare, samar-samar kami mendengar suara adzan maghrib, yang menandakan base camp awal pendakian yang sebelumnya ada pos 1 abal-abal sudah dekat haha..
Kemudian sekitar pukul 18.15 perjalanan kami lanjutkan dengan masing-masing memakai head lamp, karena kondisi alam yang sudah mulai gelap. Yang saya rasakan, mungkin juga yang lainnya, pergelangan mata kaki mulai terasa sakit saat dijejakkan ke tanah yang menurun. Kadang saya sendiri terpleset di jalanan tanah karena konsentrasi melihat jalan menjadi terpecah saat menahan rasa sakit.
45 menit berselang atau sekitar pukul 19.00 akhirnya kami sudah melihat dan hampir tiba di pos 1 abal-abal atau yang kami sangka pos 1 padahal sebenarnya warung. Dan benar saja, ketika kami sampai ke “pos 1” atau warung tersebut sudah buka dengan ciri khas dagangan yang tertata di atas meja dan sebagian lagi bergelantungan.
Kami putuskan untuk beristirahat di warung tersebut. Dan untuk mengganjal perut yang sudah terasa keroncongan, masing-masing dari kami memesan mie rebus dan teh hangat atau kopi. Teman kami yang terkena diare pun yang sebelumnya di kasih obat diare tapi tidak mempan, diobati lagi di sini dengan teh pahit yang ditambahkan sedikit garam sebagai oralit.
Pukul 20.00 kami telah menuntaskan makanannya masing-masing dan cukup beristirahat. Setelahnya, karena kondisi darurat, kami memutuskan untuk Shalat Jama Qashar Maghrib dan Isya di warung tersebut yang kebetulan memang ada air yang memadai untuk wudhu dan membersihkan diri serta tempat duduk yang dijadikan alas dan tempat untuk shalat. Seperti halnya saat waktu hendak berangkat pendakian, kami pun Shalat Jama Qashar Maghrib dan Isya di base camp awal pendakian. Begitu pula saat kami mencapai puncak Gunung Cikuray, Shalat Dzuhur dan Ashar pun kami gabung menjadi Jama Qashar.
Meski bagaimana pun keterbatasan sarana, tempat dan waktu, hendaknya kewajiban ini jangan sampai ditinggalkan. Apalagi dengan aktivitas mendaki ini, tentunya setiap pendaki pasti mengakui keindahan dan keajaiban alam ini sebagai ciptaan-Nya. Untuk itu hendaknya kita selalu mensyukurinya tanpa melupakan untuk beribadah kepada-Nya.
Pukul 20.30 kami mulai berkemas untuk melanjutkan perjalanan menuju base camp awal pendakian. Tidak sampai 30 menit akhirnya kami semua kembali ke titik awal pendakian dengan selamat. Setelah semua peralatan di tata ke dalam Xenia, akhirnya pukul 21.30 kami semua meninggalkan arena perjuangan kami dalam mengagumi alam ciptaan Tuhan, Gunung Cikuray. – e n d --
Footnote :
- Seperti yang saya ceritakan di awal, tentang carrier yang saya bawa dan dipinjamkan oleh pak Tikno. Beliau mengatakan bahwa carrier tersebut tidak usah dikembalikan atau dalam arti diberikan kepada saya..! Untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih atas kemurahan hatinya, arahan dan ilmu naik gunungnya, sweeper(asli)nya dan teman Dewa 19 dari music box-nya haha..
- Terima kasih juga untuk pak Alfizar yang telah merelakan Xenia gressnya sebagai sarana transportasi dan untuk ber-off road ria saat menuju desa Cilawu, balado kentang gorengnya juga mantap :d..
- Pak Iwan terima kasih juga untuk base camp, ilmu packing dan “mustopa”-nya hehe..
- Pak Adit yang telah bersusah payah meminjamkan peralatan dan membawa sebagian besar peralatan dan logistik selama pendakian.
- Pak Jamal terima kasih untuk kopi (yang mungkin "di beli" dari warungnya sebanyak 2 renceng :d) dan pencarian tendanya.
- Pak Rudi terima kasih untuk ayam goreng dan balado terinya hehehe..
- Rajif yang pendiam tapi selalu bersemangat, kapan-kapan ikut lagi jika ada pendakian :d..
- Dan semua pihak yang telah menjadikan suksesnya pendakian kami ke Gunung Cikuray.
Sumber Informasi Pendakian :
http://infopendaki.com/gunung-cikuray/
http://www.setapakkecil.com/2014/03/gunung-cikuray-pendakian-dengkul-ketemu.html https://indonesia360derajat.wordpress.com/2014/06/06/panduan-shalat-ketika-naik-gunung-dan-travelling/
https://www.facebook.com/gunungcikuraygarut/posts/197305713796912
Dari sini juga kami baru tau, ternyata memang ada pos 2 dan pos 1 yang dibuktikan dengan plang yang terpasang pada pohon. Tapi karena tempatnya seperti trek jalur biasa dan karena kondisi perjalanan pendakian di malam hari, jadi kami tidak menyangka atau melihatnya.
Karena ada gangguan teknis, salah satu personil yang terkena diare, akhirnya kami beristirahat cukup lama. Sambil menunggu teman kami yang terkena diare, samar-samar kami mendengar suara adzan maghrib, yang menandakan base camp awal pendakian yang sebelumnya ada pos 1 abal-abal sudah dekat haha..
Kemudian sekitar pukul 18.15 perjalanan kami lanjutkan dengan masing-masing memakai head lamp, karena kondisi alam yang sudah mulai gelap. Yang saya rasakan, mungkin juga yang lainnya, pergelangan mata kaki mulai terasa sakit saat dijejakkan ke tanah yang menurun. Kadang saya sendiri terpleset di jalanan tanah karena konsentrasi melihat jalan menjadi terpecah saat menahan rasa sakit.
45 menit berselang atau sekitar pukul 19.00 akhirnya kami sudah melihat dan hampir tiba di pos 1 abal-abal atau yang kami sangka pos 1 padahal sebenarnya warung. Dan benar saja, ketika kami sampai ke “pos 1” atau warung tersebut sudah buka dengan ciri khas dagangan yang tertata di atas meja dan sebagian lagi bergelantungan.
Kami putuskan untuk beristirahat di warung tersebut. Dan untuk mengganjal perut yang sudah terasa keroncongan, masing-masing dari kami memesan mie rebus dan teh hangat atau kopi. Teman kami yang terkena diare pun yang sebelumnya di kasih obat diare tapi tidak mempan, diobati lagi di sini dengan teh pahit yang ditambahkan sedikit garam sebagai oralit.
Pukul 20.00 kami telah menuntaskan makanannya masing-masing dan cukup beristirahat. Setelahnya, karena kondisi darurat, kami memutuskan untuk Shalat Jama Qashar Maghrib dan Isya di warung tersebut yang kebetulan memang ada air yang memadai untuk wudhu dan membersihkan diri serta tempat duduk yang dijadikan alas dan tempat untuk shalat. Seperti halnya saat waktu hendak berangkat pendakian, kami pun Shalat Jama Qashar Maghrib dan Isya di base camp awal pendakian. Begitu pula saat kami mencapai puncak Gunung Cikuray, Shalat Dzuhur dan Ashar pun kami gabung menjadi Jama Qashar.
Meski bagaimana pun keterbatasan sarana, tempat dan waktu, hendaknya kewajiban ini jangan sampai ditinggalkan. Apalagi dengan aktivitas mendaki ini, tentunya setiap pendaki pasti mengakui keindahan dan keajaiban alam ini sebagai ciptaan-Nya. Untuk itu hendaknya kita selalu mensyukurinya tanpa melupakan untuk beribadah kepada-Nya.
Pukul 20.30 kami mulai berkemas untuk melanjutkan perjalanan menuju base camp awal pendakian. Tidak sampai 30 menit akhirnya kami semua kembali ke titik awal pendakian dengan selamat. Setelah semua peralatan di tata ke dalam Xenia, akhirnya pukul 21.30 kami semua meninggalkan arena perjuangan kami dalam mengagumi alam ciptaan Tuhan, Gunung Cikuray. – e n d --
Footnote :
- Seperti yang saya ceritakan di awal, tentang carrier yang saya bawa dan dipinjamkan oleh pak Tikno. Beliau mengatakan bahwa carrier tersebut tidak usah dikembalikan atau dalam arti diberikan kepada saya..! Untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih atas kemurahan hatinya, arahan dan ilmu naik gunungnya, sweeper(asli)nya dan teman Dewa 19 dari music box-nya haha..
- Terima kasih juga untuk pak Alfizar yang telah merelakan Xenia gressnya sebagai sarana transportasi dan untuk ber-off road ria saat menuju desa Cilawu, balado kentang gorengnya juga mantap :d..
- Pak Iwan terima kasih juga untuk base camp, ilmu packing dan “mustopa”-nya hehe..
- Pak Adit yang telah bersusah payah meminjamkan peralatan dan membawa sebagian besar peralatan dan logistik selama pendakian.
- Pak Jamal terima kasih untuk kopi (yang mungkin "di beli" dari warungnya sebanyak 2 renceng :d) dan pencarian tendanya.
- Pak Rudi terima kasih untuk ayam goreng dan balado terinya hehehe..
- Rajif yang pendiam tapi selalu bersemangat, kapan-kapan ikut lagi jika ada pendakian :d..
- Dan semua pihak yang telah menjadikan suksesnya pendakian kami ke Gunung Cikuray.
Sumber Informasi Pendakian :
http://infopendaki.com/gunung-cikuray/
http://www.setapakkecil.com/2014/03/gunung-cikuray-pendakian-dengkul-ketemu.html https://indonesia360derajat.wordpress.com/2014/06/06/panduan-shalat-ketika-naik-gunung-dan-travelling/
https://www.facebook.com/gunungcikuraygarut/posts/197305713796912
See you next time :d.. |
Mantaplah....mskpn agak alay wekweawekaekaweka
BalasHapushahaha.. ok siap, nuhun sdh mampir..
HapusMantap bro.....tp foto yang semangat mah yg baru nyampe....cikurai emang ekstrim.....haha...
BalasHapusiya pa, solid team juga, mantap.. mudah-mudahan tdk kapok dan menjadi agenda rutin kedepannya hehe..
HapusIYA ATUH TAhUN DEPAN HARUS ADA LAGI TUUUH..saya tunggu acara selanjutnya.heee
BalasHapusok sip, nyumbang suara +1.. dan nanti tentunya booking (ssst.. pinjam lg) sleeping bag dan matrasnya hahaha.. hasil "cekrek" yang di puncaknya juga bagus2 en different :d..
Hapusiya dong hasil foto2 saya kan selalu bagus,haaaa,,,,mantab tu foto yg g pada engeuh awalnya menjadi paforit ternyata..
Hapus