Pendakian Gunung Semeru (by Tunapala)


  Semeru I'm Coming
>> 4, 5, 3, 1, 2

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Kali ini kembali kami akan sharing perjalanan pendakian yang ketiga yaitu ke Gunung Semeru di Malang Jawa Timur (3676 mdpl, gunung tertinggi pulau jawa). Menariknya perjalanan kali ini mendapat bonus Wisata Bromo, yang juga akan di sharing di artikel ini. Selain itu kisah menarik lainnya, pertemuan kami dengan bule di chapter “Bule, Bahasa Tarzan dan Bawang”.

Jika pendakian pertama ke Gunung Cikuray (2821 mdpl), nama kami Team GGNH. Pendakian kedua ke Gunung Ciremai (3078 mdpl, gunung tertinggi jawa barat), nama kami Team NH. Pendakian ketiga ini, kami beri nama Team Tunapala. Wuih, keren kan? Kesannya pecinta alam banget. Coba perhatikan baik-baik gambar dibawah, gambar gunung atau gambar yang lain ya? hahaa.. Baiklah, aslinya jika mau tau, Tunapala itu kepanjangan dari “Turun Naik Paling Lama”... wkwkwk


Kami berangkat beranggotakan 5 orang, Dari urutan yang paling senior dimulai Pak Alfizar, Pak Tikno, Pak Iwan, saya dan mas brad Idris (tadinya saya mau disimpan paling terakhir setelah mas brad Idris, tapii terlalu mencolok... boongnya hehehe). Seharusnya kami berangkat 7 orang, tapi karena satu lain hal, Bu Rara dan keponakannya tidak bisa ikut serta.

Dua bulan sebelum berangkat, sekitar awal Oktober 2018 kami sudah booking kereta api pp dan booking semeru. Beruntung jatah tiket untuk kami masih tersedia. Bayangkan walaupun masih dua bulan lagi, tapi booking tiket ka dan semeru sudah hampir habis ! (muka kaget.. pake melongo :d..)


Cikarang - Pasar Senen - Malang

Singkat cerita, tanggal 18 Oktober 2018 sekitar pukul 10.00 kami berangkat dari Cibarusah Bekasi langsung menuju Stasiun Pasar Senen Jakarta. Sebagai informasi, tiket kami cetak sendiri di dalam stasiun di area check-in berdasarkan kode booking yang diperoleh dari pihak ketiga (tiketdotcom). 


Pukul 15.15 Kereta Matarmaja berangkat, dan keesokan harinya tiba di Stasiun Malang pukul 07.30 (16 jam perjalanan). Setibanya kami istirahat dan mencari makan di sekitar Stasiun Malang. 


Perjalanan dilanjutkan dengan angkot yang kami booking menuju Pasar Tumpang untuk membeli perbekalan/logistik pribadi dan kelompok, setelahnya perjalanan berlanjut ke Home Stay atau tempat singgah (penginapan) sementara di daerah antara Pasar Tumpang dan Ranu Pani. Cukup banyak home stay disana dan yang kami singgahi itu bernama Jaka Basecamp.

Tiba di Basecamp Jaka sekitar pukul 11.00 kemudian kami langsung packing peralatan dan logistik ke dalam Carrier. Oh iya, kali ini ada pengalaman baru untuk Packing Carrier. Bilamana sebelumnya trash bag (plastik hitam besar) terlebih dahulu kemudian matras dimasukan ke dalam carrier berbentuk lingkaran vertikal.
Kali ini kita coba matrasnya yang dilipat tiga supaya berbentuk setengah lingkaran di dalam carrier. Tujuannya adalah supaya daya tampung carrier bisa lebih banyak. Pukul 13.00 kami mulai berangkat menggunakan kendaraan jeep dari basecamp Jaka menuju pos awal pendakian di Ranu Pani.

Tiba di Ranu Pani, kami langsung mengurus administrasi pendaftaran (bukti booking semeru, slip pembayaran, fotocopy ktp dan surat sehat). Rabu 19 Oktober 2018, pukul 15.00 adventuring menuju semeru pun resmi dimulai... Semeru I’m Coming ...

 
Ranu Pani – Watu Rejeng (Pos 1)

Ketentuan penamaan tempat transit selama pendakian di gunung semeru ini menggunakan istilah tempat, bukan nama pos seperti umumnya di gunung-gunung yang lain. Untuk memudahkan mengingatnya, di artikel ini nama tempat itu dianggap sebagai pos. Selama perjalanan, jalur pendakiannya terbilang landai, kadang sedikit menanjak. Jalanannya pun berupa pavling blok, dan kadang dilalui motor.


Kami beristirahat di pos bayangan sekitar pukul 17.30, dimana ada penjual yang menjajakan aneka makanan dan minuman, yang paling maknyos ada buah semangka. Sedikit lelah dan haus selama perjalanan, terbayar dengan mengkonsumsi segarnya buah semangka ini. Melanjutkan perjalanan dari pos bayangan yang kami anggap pos 1 itu, jalanan mulai gelap. Jadi kami mulai menggunakan lampu penerangan (head lamp). Kami tiba di area tempat papan informasi Watu Rejeng sekitar pukul 19.00. 


Watu Rejeng – Ranu Kumbolo (Pos 2 sd Pos 4)

Selang perjalanan sekitar pukul 19.30 kami tiba di pos bayangan kedua (Pos 2). Kami namakan pos, karena di tempat tersebut ada bangunan tempat beristirahat untuk pendaki. Perjalanan dilanjutkan, dengan kondisi jalan yang masih landai dan terkadang melalui tanjakan. Semua ilustrasi gambar di siang hari :d..


Kami menemui dua jembatan dan akhirnya tiba di pos 3 sekitar pukul 20.30. Jika dua pos sebelumnya tidak ada nama pos, untuk Pos ketiga ini ada nama pos di pohon sebelah bangunan (pos 3). Hawa dingin mulai menggigit, memaksa kami menggunakan pelindung lengkap.


 

Perjalanan dilanjutkan pukul 21.00, langit cukup bersahabat yang ditandai dengan adanya bintang gemintang dan bulan hampir purnama yang bersembunyi malu-malu di antara awan (seperti halnya kamu yang tersipu bilamana kupandangi... eeaaaa )

Dari pos 3 ini jalan yang dilalui cenderumg menanjak dan pemandangan di sisi kiri kami, terlihat indah siluet/bayamgan awan yang berkumpul luas dibawah bukit. Ketika jalanan yang dilalui cenderumg menurun, siluet danau Ranu Kumbolo mulai nampak. Diterangi samar dari bulan nun diatas sana. Pukul 23.00 akhirnya kami sampai di basecamp Ranu Kumbolo. Kami dirikan tenda, memasak, makan lalu mengenakan pakaian berlapis-lapis.


Dibawah langit Ranu Kumbolo, di bawah tenda orange dan di bawah hangatnya sleeping bag, aku pun terlelap.. lelah, masih terasa dingin dan selalu mengingatmu... cieeee hahaha


Ranu Kumbolo – Cemoro Kandang (Pos 5)

Kamis 20 Oktober 2018 pukul 07.00 selesai sarapan, kami sempatkan mengeksplor danau Ranu Kumbolo dan mengambil airnya untuk persediaan minum. Pukul 10.00 kami lanjutkan perjalanan, selepas tanjakan cinta kami disuguhi pemandangan padang savana yang terhampar luas, Oro-oro Ombo. Meskipun bunga Verbena Brasiliensis (mirip bunga lavender) belum mekar, tapi tidak mengurangi kekaguman kami atas ciptaan-Nya yang indah di area ini (seperti halnya... sudah sudah stop stop nanti lagi aja gombal noraknya hehe).


Jarak antara Ranu Kumbolo ke Cemoro Kandang ini, relatif cepat ditempuh karena hanya melalui padang datar Verbena Brasiliensis tadi hingga ujungnya. Tidak sampai satu jam kami sudah tiba di pos Cemoro Kandang.
 
 

Cemoro Kandang – Jambangan (Pos 6)

Setelah beristirahat cukup lama, sekitar pukul 12.30 perjalanan kami lanjutkan. Trek menuju Jambangan ini sudah mulai menantang. Diantara pepohonan cemara dan pakis, jalurnya stagnan menanjak cukup terjal. Sekitar pukul 14.00 kami tiba. Kedatangan kami disambut “lambaian” buah semangka yang umumnya disediakan pedagang hampir disemua pos yang berada di Gunung Semeru. Haus dan lelah terbayarkan dengan menikmati beberapa potong semangka yang segar dingin alami karena hawa pegunungan.

 
Jambangan – Kalimati (Pos 7)

Tidak berselang lama, perjalanan kami lanjutkan. Jalur menuju Kalimati ini relatif landai. Sekitar pukul 15.00 akhirnya kami tiba di Kalimati, dimana area padang rumput dan pakis yang cukup luas terhampar, serta dibatasi pepohonan cemara disekelilingnya. Kami beristirahat duduk santai menghadap punggung Gunung Semeru yang masih tertutup awan (kabut).

Tidak berselang lama kabut yang menutupinya mulai sirna, pemandangan eksotis itu mulai nampak. Terlihat jelas pemandangan Gunung Semeru secara utuh dari Kalimati. Dari pandangan bawah hingga separuh lebih punggung semeru dilingkupi pepohonan dan sisanya hingga ke puncak cukup jelas terlihat hamparan pasir. Tidak sebentar kami duduk menikmati pemandangan Gunung Semeru itu, meskipun kadang kembali tertutup kabut. Ibarat jejaka yang dipingit. Eh, gadis deh yang dipingit. Kadang malu-malu atau cukup dramatis untuk menampakan dirinya :d..



Bule, Bahasa Tarzan dan Bawang

Setengah jam berselang, tenda kami dirikan. Disebelah kami berjarak beberapa meter, ada sepasang bule keluar dari tenda hijaunya. Mereka membawa beberapa botol kosong, menghampiri kami dan dimulailah percakapan ala tarzan.

They (she) said : “niteev barrank”. Someone of us answered : “what? Bawwang??”. Oemje, something wrong, someone must talk to them in civilization language :d.. Someone of us talked to her : “ you will take some water and we will keep that?” (sambil nunjuk-nunjuk tenda si bule). Bule itu paham juga gabungan bahasa peradaban dan bahasa tarzan, dia hanya menganggukan kepala saja, lalu pergi bersama temannya.

Begitu juga kami semua baru paham, maksud si bule di percakapan awal itu adalah “Nitip Barang” atau nitip tendanya, karena akan mengambil air yang sumbernya cukup jauh dari area perkemahan kalimati. Kami terbahak-bahak membahasnya dan saling meledek dengan ucapan “Bawang” :d..

Kalimati – Arcopodo (Pos 8)

Setelah mendirikan tenda, mengambil air, memasak, menikmati makan malam. Pukul 19.00 kami merebahkan diri di tenda, beristirahat untuk persiapan Summit Attack (pendakian terakhir ke puncak gunung) pada tengah malam nanti. Pukul 22.00 kami bersiap-siap dengan pakaian berlapis-lapis dengan lapisan terluar jasa hujan, head lamp, gaiters (pelindung sepatu dari air dan pasir), trekking poles (tongkat khusus untuk membantu pendakian) dan persediaan makanan dan minuman di tas kecil. Untuk tenda dan lain-lainnya kami tinggalkan di area perkemahan kalimati.
Trekking Poles dan Gaiters
Pukul 23.30 kami mulai melakukan pendakian menuju puncak Gunung Semeru (Mahameru), ditemani suara angin gunung dan cuaca mendung berkabut. Trek atau jalur yang kami lalui, terjal menanjak tajam. Gerimis mulai menemani. Daerah yang kami lalui, masih lebat dengan pohon-pohon cemara dan pakis.


Summit Attack Mahameru

Sekitar pukul 01.30 kami tiba di Arcopodo atau daerah perbatasan antara vegetasi (tumbuhan / pepohonan) dengan pasir yang menuju puncak Gunung Semeru (Mahameru). Gerimis dan angin gunung masih menemani. Para pendaki mulai banyak ditemui di area ini. Yang kami alami saat melalui jalur berpasir ini, dengan mendaki lurus, istilahnya tiap 3 langkah naik, 2 langkah pasti kembali turun, hanya satu langkah saja yang berhasil naik. Jika dibantu trekking pole cukup lumayan, 2 atau 3 langkah berhasil naik. Masalahnya tenaga yang bertumpu di tangan dan badan terkuras lebih jika menggunakan trekking pole.

Menghadapi keadaan tersebut, otomatis membuat kami sering berhenti dan beristirahat. Kelelahan, faktor cuaca dan banyak pendaki yang kembali turun karena tidak tahan dengan suhu yang sangat dingin, membuat semangat kami sedikit mengendor. Saat beristirahat yang kesekian kali, kami melihat pendaki lain di sisi kanan kami berjalan stabil menuju puncak beriringan dengan pola zigzag. Karena penasaran dan sedikit termotivasi, diikutilah rombongan tersebut. Ternyata yang dialami, berjalan dengan pola zigzag sangat membantu dan meringankan pendakian.



Pada akhirnya, finally.. Mahameru berhasil dicapai pada hari Jumat 21 Oktober 2018, sekitar pukul 05.30. Puji syukur kepada Maha Pencipta yang menciptakan alam semesta dan isinya dengan sempurna. Pengalaman setiap mencapai puncak gunung, memberikan kesan tersendiri, memotivasi dan mengevaluasi  diri terhadap suatu hal, supaya bisa lebih baik lagi.


Ada pengalaman menarik saat tiba di puncak. Ada 3 orang pendaki, perempuan, menangis saling berpelukan. Mungkin terharu dengan perjuangannya kali ya. *Tadinya boleh lah, saya pinjamin bahu saya yang ringkih ini buat mbak-mbak yang nangis itu. Tapi sedihnya, saya mau terus mba-mbanya itu mau juga. Loh ko, terus sedihnya dimana? Itu loh mas iki, maksudnya mba-mba tadi bukan mau beneran, tapi mau... muntah (ketawa getir sambil nangis.. hiks :d..)


Epilog Semeru

Wuih, mau nulis dikit yang simpel-simpel aja, tapi jadinya banyak juga. Yo wis lah, singkatnya setelah kami semua tiba di Mahameru, buat dokumentasi, kami kembali turun dan tiba di tenda (kalimati) sekitar pukul 11.30. Kami putuskan untuk turun ke Ranu Kumbolo hari itu juga dan menginap disana.


Sabtu 22 Oktober 2018, pukul 10.00 kami berangkat dari Ranu Kumbolo menuju Ranu Pani. Karena berjalan santai dan menikmati pemandangan, kami tiba di basecamp Ranu Pani sekitar pukul 15.30. Jemputan jeep sudah menanti, hingga akhirnya tiba di Basecamp Jaka (home stay), sekitar pukul 18.30.


Wisata Bromo

Enaknya Home Stay Basecamp Jaka ini, untuk beristirahat bisa pilih yang berbayar atau gratis. Karena (ceritanya) kami anak gunung, ya tentu lah pilih yang gratis hehe. Rumah makan persis disamping basecamp, murmer lagi. Setibanya dari Ranu Pani, membersihkan diri dan tidur untuk persiapan  Wisata Bromo, lewat tengah malam nanti.
Gunung Bromo

Minggu 23 Desember 2018, pukul 01.00 kami berkemas, sarapan, pakaian tetap berlapis-lapis. Kami kembali naik Jeep, jumlahnya bertambah jadi 8 orang. Perjalanan mulai pukul 02.00 menuju suatu bukit (spot) untuk melihat Sunrise Bromo Tengger Semeru. Sepanjang perjalanan dipenuhi Jeep menuju ke daerah yang sama. Tiba pukul 04.00 sd 07.00 kami menikmati Sunrise.
 

Perjalanan dengan Jeep, dilanjutkan menuju Gunung Tengger yang berdekatan dengan Kawah Gunung Bromo. Mendekati area Tengger Bromo, kami berjalan kaki diatas pasir berbisik untuk mencapainya. Pukul 10.00 wisata berlanjut ke Bukit Teletubies. Cekrek cekrek, lalu kembali ke Basecamp Jaka dan tiba sekitar pukul 12.30.
Bromo Tengger Semeru
Gunung Tengger dari dekat

Epilog Final

Pukul 15.00 kami kembali dijemput angkot, diantarkan menuju Stasiun Malang. Seperti biasa tiket menuju Pasar Senen dicetak mandiri di gerai Check-In Stasiun malang, bermodalkan kode booking atau barcode yang sudah dicetak sebelumnya. Pukul 17.30 kereta mulai berangkat dan turun di Stasiun Jatinegara pukul 09.15 keesokan harinya (Senin 24 Desember 2018). Kami kembali naik kereta menuju Cikarang, lanjut angkot menuju Cibarusah. Hingga akhirnya kami tiba di rumah masing-masing.

See you next trip.. Terima kasih..
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
--## End Chapter ##--

Masih tergiang lirik lagu Dewa - Mahameru :

Mendaki melintas bukit 
Berjalan letih menahan menahan berat beban 
Bertahan didalam dingin 
Berselimut kabut `Ranu Kumbolo`

Menatap jalan setapak
Bertanya-tanya sampai kapankah berakhir 
Mereguk nikmat coklat susu 
Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda 

Bersama sahabat mencari damai 
Mengasah pribadi mengukir cinta

Mahameru berikan damainya
Didalam beku `Arcapada` 
Mahameru sebuah legenda tersisa 
Puncak abadi para dewa

Masihkah terbersit asa 
Anak cucuku mencumbui pasirnya 
Disana nyalimu teruji 
Oleh ganas cengkraman hutan rimba 

Mahameru sampaikan sejuk embun hati
Mahameru basahi jiwaku yang kering 
Mahameru sadarkan angkuhnya manusia 
Puncak abadi para dewa
--## End Song ##--

Resume Biaya Pendakian Gunung Semeru dan Wisata Bromo (/orang) :
*Ongkos angkot Cibarusah - Cikarang PP, 40K
*Tiket KA Cikarang – Pasar Senen PP, 10K
*Tiket KA Matarmaja Pasar Senen – Malang PP, 218K
*Booking Semeru 5 Hari (Aktual 4 Hari), 92K
*Carter Angkot St.Malng – Basecamp Jaka PP, 60K
*Carter Jeep Basecamp Jaka – Ranu Pani PP, 150K
*Makan/Logistik = “Kondisional”
*Jeep dan Tiket Wisata Bromo (Weekend), 158K

Sponsor :

Pak Iwan (Family Stokis Sin)

Galaksi Computer

Behind The Scenes :

Penyambutan petugas stasiun, kepada setiap KA yang lewat.
Sepanjang jalan dan setiap stasiun melakukan hal yang sama. Respek.
 





2 komentar:

  1. Mantul... perjalanan yg penuh tantangan dan pemandangan yg memanjakan mata...

    BalasHapus