Kondisi Perekonomian (Keuangan) Indonesia


Kondisi Perekonomian (Keuangan) Indonesia saat ini - Soal Penguatan Rupiah Rupiah yang Seolah karena Paket Kebijakan Ekonomi

“Berikut penjelasan mengenai kurs rupiah yang secara “ajaib” dalam beberapa hari terakhir bisa menguat terhadap dollar, yang di gadang2 pemerintah (JKW) seolah karena kebijakan paket ekonominya. Apa dan bagaimana kondisi sebenarnya, bernafas lega, krisis atau kritiskah keadaan perekonomian (keuangan) Negara Indonesia? Silakan baca secara utuh berita di bawah ini, mudah2an bisa mencerahkan…”


Setahun yang lalu, BI melaporkan posisi cadangan devisa (Cadev) Indonesia peninggalan presiden SBY, per akhir September 2014 adalah USD 111,2 M. Cadev September 2014 relatif stabil, positif untuk upaya memperkuat ketahanan sektor eksternal, menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Tahun ini, pada akhir September 2015, BI mencatat cadev pemerintahan Jokowi-JK adalah USD 101.7 M. Jadi minus USD 9.5 M selama setahun.

Ke mana uangnya? Apakah digunakan oleh Bank Indonesia untuk intervensi / koreksi gejolak US Dollar dalam 3 hari ini? BI mencatat saat ini cadev sudah terkuras hingga USD 3.6 M, di antaranya untuk koreksi nilai Rupiah selama bulan Agustus dan September 2015. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, melalui keterangan resmi menyatakan posisi cadev dipengaruhi oleh kenaikan kebutuhan devisa. Antara lain adalah untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah. Dan untuk intervensi valuta asing dalam rangka menstabilkan nilai tukar rupiah.

Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia per akhir September 2015 sebesar 101,7 miliar dollar AS. Menurut BI dan Bappenas, posisi cadev kita adalah sebagai berikut; -April 2015 US$ 110,9 M -Mei 2015 US$ 110,8 M -Juni 2015 US$ 108 M -Juli 2015 US$ 107,6 M -Agustus 2015 US$105,3 M -September 2015 US$101.7 M. (*)

Dalam sebulan, Agustus-September 2015, cadev kita terkuras USD 3.6 M. Selama 5 bulan, April-September 2015, cadev sudah ludes USD 9.2 M. Mungkin, sebagian besar untuk berperang mengkoreksi Rupiah melawan mata uang Dolar Amerika, sejak Mei 2015 sampai dengan September 2015.

Menurut info, cadev negara sebenarnya hanya tinggal USD 70 M. Terdiri dari USD 40 M cadangan darurat berupa standby loan yang bisa digunakan setiap saat bila diperlukan. USD 40 M tersebut apabila di-klik oleh BI, maka argo utang ini kembali berjalan. Sedangkan untuk cadev sisanya yang USD 30 M, apakah merupakan gabungan aset-aset Bank BUMN, yaitu Mandiri, BRI dan BNI? Hanya Gubernur BI dan Menteri Rini yang tahu. Bulan September 2015, menteri Rini bersama 3 Dirut Bank BUMN menandatangani pinjaman dari CBD (China Development Bank) sebesar Rp. 600 T. Katanya sih untuk proyek infrastruktur.

Hal ini bisa tercermin dari pernyataan para tokoh, termasuk beberapa pejabat pemerintah sendiri :
1. Menkeu Bambang Brodjonegoro mengakui tak mudah mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun 2015 sebesar 5,2 persen. 5.2 % yang masih jauh dan berat untuk dicapai oleh pemerintah. Soal pertumbuhan ekonomi, Menkeu hanya bisa pasrah kepada Tuhan.

2. Wapres JK mengakui cadev RI menipis akibat perlambatan ekspor, dan menjadi penyebab depresiasi nilai tukar Rupiah. “Cadangan kita sulit, tidak kita tingkatkan akibat ekspor yang sulit,” kata JK. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui perlambatan ekspor Indonesia menjadi penyebab depresiasi nilai tukar rupiah hingga nyaris menyentuh level Rp14.500 per dolar Amerika Serikat (AS).

3. Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, mengakui, paket kebijakan yang diumumkan oleh pemerintah tidak cukup jelas. Menurut Darmin, pelaku usaha masih menunggu rincian deregulasi & debirokratisasi dari kementerian / lembaga terkait. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, paket kebijakan yang diumumkan pemerintah belum cukup jelas.

4. Menkeu mengakui, ketidakpercayaan kepada perbankan dalam negeri, membuat eksportir menyimpan Devisa Hasil Ekspor di bank luar negeri. Menkeu minta pengusaha jangan simpan devisa di luar negeri. Dalam hal ini untuk eksportir yang punya kewajiban melaporkan Devisa Hasil Ekspor (DHE) ke Bank Indonesia (BI)

5. Gubernur BI Agus Martowardojo menolak pembahasan audit BI dalam rapat kerja bersama Komisi Keuangan DPR. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menolak membahas tentang audit Bank Indonesia dalam rapat kerja bersama. Apakah ada hal-hal yang disembunyikan oleh Gubernur Bank Indonesia? Agus Marto menjawab, permintaan DPR agar BPK mengaudit kinerja BI lantaran nilai tukar Rupiah terus melemah, menciptakan persepsi negatif. DPR minta BPK audit BI, ini jawaban Agus Martowardojo. Gubernur BI Agus Martowardojo menilai, permintaan DPR agar BPK mengaudit kinerja BI terkait rupiah, justru menciptakan persepsi negatif.

6. CBC menilai jika Rupiah jatuh hingga angka Rp 16.000 per USD, maka industri perbankan dan industri keuangan nonbank terancam bangkrut. Rupiah tembus Rp 16.000 per USD, bank bangkrut. Pengamatan melalui stress test dari Center of Banking Crisis (CBC) tersebut juga dibenarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK menyatakan pelemahan nilai Rupiah hingga level Rp 15.000 per USD akan menghantam permodalan lima bank nasional. Irwan menambahkan, jika depresiasi rupiah menembus Rp15.000 per dolar AS, maka kondisi tersebut akan mengganggu stabilitas makro ekonomi. Variabel pertumbuhan ekonomi dinilai akan mengalami penuruna.

7. Sofjan Wanandi, Staf Ahli Wakil Presiden, mengakui kondisi sektor riil saat ini sangat berat, lebih berat dari krisis keuangan 1998. Hampir semua pengusaha mengeluhkan kondisi ekonomi, kepastian hukum, dan jaminan keamanan yang sangat menurun. Kondisi sektor riil saat ini tengah berat, bahkan lebih berat dari krisis keuangan di 1998 lalu. Hampir semua pengusaha mengeluhkan kondisi ekonomi.

8. Fuad Bawazier membenarkan pernyataan Sofjan Wanandi, bahwa kondisi sektor riil sekarang ini amat berat. Jika kurs masuk Rp16.000 per USD, maka perbankan bisa sekarat. Sektor riil terpukul, akhirnya memukul perbankan juga.

9. Pengamat ekonomi asal Singapura, Lee Bun Keng, memprediksi krisis Rupiah bisa menuju angka Rp 25.000 / USD. Posisi RI memang rentan. Rasio cadev terlalu kecil. Cadangan kita hanya USD 110 M, sedangkan utang luar negeri mencapai USD 300 M. "Kurs rupiah sekarang sudah lewat 13.000 per USD. Dari angka itu menuju angka Rp 25.000” (*)

10. Pengamat Global Future, Hendrajit, mengatakan bahwa kita bukan mengalami krisis, tapi kritis!! Hutang luar negeri, yakni total hutang swasta dan hutang publik itu 298,1 miliar dollar AS, sedangkan cadangan devisa kita 108 miliar dollar AS. Dengan kondisi itu, terangnya, Menteri Keuangan sendiri sudah mengakui proyeksi defisit setelah kwartal 1 ini sudah mencapai atau diperkirakan 260 triliun. Meski ditutup dari berbagai sektor seperti pajak, investasi dan sebagainya, tetap saja masih sekitar 38 triliun defisitnya. Itu harus dicari untuk mem-balance neraca. “Nah, ini kondisi objektif yang saya katakan bahwa kita sedang berada dalam situasi kritis. Ini bukan lagi rawat inap, tapi ini sudah masuk ICU,” pungkasnya. (*)

11. Dirut PT Bursa Efek Indonesia, Tito Sulisto, mengkritik pemerintahan Jokowi-JK yang tak memiliki rencana pembangunan jangka panjang. Ini membuat para investor dan pelaku pasar bingung menebak arah perkembangan Indonesia. "Kami minta Bappenas untuk membikin satu rangkaian kerja jangka panjang jadi tahu negara ini mau di bawa kemana." Tito Sulistio mengaku bingung, mau dibawa ke mana negara ini oleh pemerintahan Jokowi-JK. Gubernur BI Agus Martowardojo mengkritik rencana Jokowi untuk menurunkan harga BBM.

12. Rencana penurunan harga bahan bakar minyak, premium dan solar bersubsidi sebesar 10%, dan penurunan tarif listrik jangan untuk popularitas. Penentuan harga BBM dan tarif listrik harus accountable, transparan dan sesuai kondisi sebenarnya. Sebaiknya harga BBM di-review per 6 bulanan, 3 bulanan atau bahkan per dua mingguan secara disiplin dan transparan. Kemudian, kita akan punya pertanyaan yang gampang sekali.

13. Kalau cadev USD 103 M, cadangan darurat USD 40 M, kenapa Gubernur BI meradang? Gubernur BI sampai loncat pagar mengkritik presiden, hanya karena harga BBM akan diturunkan? Kalau betul cadev kita masih ada USD 103 M, buat apa para pejabat kita harus panik? Presiden Jokowi pernah bilang September-Oktober kita akan meroket? (*)

September, Ekonomi Indonesia Meroket. Gimana mau meroket, lha wong menurut Sofjan Wanandi krisis kita akan lebih hebat dari tahun 1998, karena sektor riil sama sekali tak jalan? Jangan-jangan cadev kita adalah aset-aset dari 3 Bank BUMN yang digadaikan ke China? Sedangkan cadev dana segar tinggal USD 70 M, dan yang USD 40 M adalah cadangan darurat, berupa standby loan entah di mana? Rahasia negara!!

Jelang 1 Tahun Jokowi-JK, seperti biasa, Jokowi presiden kebetulan dengan ideologi pencitraan, membuat gebrakan Oktober Meroket. Melalui cara menunjukkan bahwa Rupiah Menguat !! Seolah semua ini terjadi karena paket ekonomi ke 3, Sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat? Pasar optimis? Kita lihat saja nanti..

Pertanyaan berikutnya: Dana dari mana, untuk bisa menyiram dollar hingga turun 900 poin dalam 3 hari? Jawabannya mudah. Ingat menteri Rini sampai 3 kali menandatangani pinjaman / utang dari China Developmen Bank (CBD) dan ICBC sebesar Rp 647 triliun atau sekitar USD 50 M Bulan April lalu (http://economy.okezone.com/read/2015/04/24/320/1139293/indonesia-terima-pinjaman-rp647-triliun-dari-china). Dan kembali Menteri BUMN Rini Soemarmo utang Rp 58,5 triliun ke China yang di teken dirut Garuda Indonesia 17 Juni lalu. Kemudian di Bulan September Rini kembali mengambil utang Rp 50 triliun pada China. Bersama tiga orang direktur bank BUMN yakni PT Bank Rakyat Indonesia, PT Bank Negara Indonesia, PT Bank Mandiri, Rini menandatangani pinjaman uang dengan pemerintah China sebesar US$ 3 Miliar atau setara 50 Triliun lebih (http://fastnewsindonesia.com/article/jaminkan-bri-bni-dan-mandiri-menteri-bumn-utang-lagi-rp-50-triliun-ke-china). Uang ini lah yang diklaim sebagai cadangan darurat BI, dan 3 hari yang lalu di-klik. dan lalu argo utang baru berjalan. Uang hasil utang ke China yang katanya untuk proyek infrastruktur, berubah menjadi uang siraman US Dollar. Selain itu faktor lainnya adalah karena "The FED" menahan diri untuk tidak menaikkan suku bunga. Dan saat ini bukan tidak mungkin siraman Dollar tadi, bisa jadi di borong spekulan dadakan, untuk suatu saat nanti kembali di lepas bilamana Dollar merangkak naik!!

Sedihnya Garuda Indonesia sudah digadakan. Sekarang tiga bank BUMN - BRI, Mandiri, BNI, ikut tergadai. Di saat Indonesia sedang mengalami perlambatan hebat laju ekonomi dan menumpuknya hutang luar negeri yang kini sudah mencapai 4000 Triliun lebih, pemerintah melakukan pinjaman kembali yang seolah tak memperdulikan bunga dan jatuh tempo terhadap membengkaknya jumlah hutang Indonesia disaat kurs rupiah sangat terpuruk. Akankah Garuda, BRI, BNI dan Mandiri lepas seperti Indosat?

Kita tunggu saja, apakah pak Agus Marto dan pak Darmin Nasution akan mengatakan "dari September kelabu menjadi Oktober Meroket" ?? Masa sih, selama 1 Tahun Jokowi-JK hanya memproduksi kartu ini dan kartu itu yang toh gak jalan juga? Dari mana uangnya, wong APBN defisit Rp 187 Triliun kok? APBN defisit..

Kesimpulannya, indonesia saat ini dibayang2i krisis eh kritis ekonomi yang sewaktu2 bisa menjadi bom waktu.. kata tetangga sebelah, namanya jaga-jaga mah perlu atuh yah :d.. yang pasti jika terjadi krisis apalagi kritis, harga2 barang dan bunga bank naik sehingga nilai uang yang dimiliki menjadi turun.. yang punya utang terutama ke bank buru2 lunasin.. yang punya banyak tabungan, investasikan ke hal2 produktif dan jangka panjang, tapi selow jangan terlalu buru2, nanti malah kepleset lagi hehe.. Tapi mudah2an perekonomian di indonesia baik2 saja lah yah, Aamiin..

(*) Koreksi untuk penjelasan awal berita, nomor 9, 10 dan 13, cadangan devisa (cadev) dan utang luar negeri indonesia datanya berbeda-beda.. untuk memudahkan perhitungan dan kondisi rata-rata, anggap cadev USD 105 Miliar (Rp. 1.425 Triliun) dan utang luar negeri USD 300 Miliar (Rp. 4.070 Triliun). Jika utang luar negeri indonesia (swasta dimasukan, karena jika ada apa2, pemerintah biasanya ikut nanggung :d) di rata-ratakan jumlah penduduk indonesia (252 jt), tanpa mengurangi cadev, akan di peroleh hasil 16,2 jt!! Persamaannya tiap orang di negara ini mempunyai utang dan harus setor ke negara sebesar 16,2 Jt jika utang luar negerinya mau lunas.. luar biasa :d… (Kurs 11 Oktober 2015 https://www.mataf.net/id/currency/converter-USD-IDR)

1 komentar:

  1. Sesulit apapun kita ga boleh mengorbankan sesuatu... Jangan sampai BUMN, BRI DAN BNI bernasib sama dengan INDOSAT.... Seharus nya pemerintah memikirkan kedepan nya juga...jangan memikirkan sekarang saja... Mau dibawa kemana negri ini kalo hutang menumpuk... Kapan kita jadi negara makmur... Semoga perekonomian indonesia baik baik saja :)

    BalasHapus